Meningkatkan Kemampuan Literasi Matematika Peserta Didik Pada Soal Cerita Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Materi Perbandingan Di SMP Negeri 7 Surakarta

Oleh: Yulianto Dwi Cahyo Nugroho, S.Pd.

  1. Pendahuluan

Praktik Baik (Best Practice) ini dilaksanakan di SMP Negeri 7 Surakarta dengan subjek pembelajaran adalah peserta didik kelas VII F tahun pelajaran 2022/2023 oleh Yulianto Dwi Cahyo Nugroho yang merupakan guru mata pelajaran matematika di SMP Negeri 7 Surakarta.. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai  dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut adalah:

  1. Peserta didik dapat menyelesaikan perbandingan senilai melalui model pembelajaran Problem Based Learning dengan media pembelajaran yang terintegrasi dengan TPACK, 4C, Literasi dan PPK, serta dengan menggunakan metode pembelajaran tanya jawab, diskusi dan penugasan berbantu LKPD.
  2. Peserta didik dapat menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan perbandingan melalui model pembelajaran Problem Based Learning dengan media pembelajaran yang terintegrasi dengan TPACK, 4C, Literasi dan PPK, serta dengan menggunakan metode pembelajaran tanya jawab, diskusi dan penugasan berbantu

B.     Situasi

Kondisi pandemi berdampak pada pelaksanaan pembelajaran, yang sebelumnya pembelajaran tatap muka menjadi pembelajaran dalam jaringan. Proses pembelajaran daring berimbas pada pembiasaan bagi peserta didik. Salah satu pembiasaan tersebut yaitu pembiasaan untuk berliterasi. Literasi di dalam matematika tidak hanya membaca dalam konteks matematika, tetapi Literasi matematika diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk merumuskan, menerapkan dan menafsirkan matematika dalam berbagai konteks, termasuk kemampuan melakukan penalaran secara matematis dan menggunakan konsep, prosedur, dan fakta untuk menggambarkan, menjelaskan atau memperkirakan fenomena/kejadian (Astuti, 2018). Salah satu literasi di dalam pembelajaran matematika yaitu penggunaan soal cerita yang di dalamnya, peserta didik dituntut untuk membaca dan memahami persoalan yang diberikan. Hal inilah yang terkadang menjadi hambatan bagi peserta didik sehingga peserta didik tidak tertarik dengan soal cerita. Berdasarkan hasil eksporasi penyebab masalah dari kajian literatur dan wawancara kepada pakar dan teman sejawat, diperoleh hasil bahwa peserta didik kurang tertarik dengan soal cerita dikarenakan :

  1. kurangnya pembiasaan peserta didik terhadap soal cerita,
  2. peserta didik kesulitan untuk memahami kalimat soal cerita,
  3. literasi peserta didik yang kurang.
  4. penggunaan metode pembelajaran yang digunakan guru yang tidak tepat,

Penggunaan soal cerita dalam pembelajaran berpengaruh terhadap kemampuan peserta didik dalam memahami kalimat menjadi model matematika. Semakin sering guru menggunakan soal cerita, maka peserta didik dituntut untuk berliterasi yang selanjutnya peserta didik akan terbiasa untuk mengubah kalimat menjadi model matematika pada soal cerita. Peserta didik juga cenderung lebih suka dengan soal yang berbentuk kalimat matematika langsung dari pada soal berbentuk cerita, sehingga berakibat peserta didik kurang memahami kalimat soal cerita untuk diterjemahkan ke dalam bentuk kalimat matematika, dan juga bentuk soal cerita peserta didik lebih sulit dalam menentukan serta mengurutkan operasi matematika (Tabun, 2020). Model pembelajaran yang digunakan guru juga berpengaruh dalam pencapaian hasil belajar. Guru belum menerapkan model pembelajaran inovatif dan variatif sehingga peserta didik lebih cepat merasa jenuh ketika pembelajaran. Guru perlu menemukan solusi dalam permasalahan ini. Solusi dalam pembelajaran disesuaikan dengan pembelajaran abad 21 yang menggunakan model pembelajaran inovatif, berorientasi pada 4C, terintegrasi dengan TPACK, berbasis HOTs, dan Literasi.

Model Project Based Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif dan dapat memenuhui tuntutan peserta didik di abad ke-21 dimana peserta didik dilatih kerjasama, kreativitas, ketrampilan meneliti, dan problem solving. Pembelajaran inovatif dengan model problem based learning diharapkan menjadi salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Implementasi model pembelajaran tersebut tentu   saja harus didukung dengan perencanaan dan pendukung pembelajaran seperti LKPD, bahan ajar serta variasi media pembelajaran yang diintegrasikan dalam proses pembelajaran. Metode yang digunakan adalah ceramah, penugasan, juga diskusi kelompok yang dibantu dengan LKPD. Media yang dmatematikakai dalam pembelajaran ini adalah power point.

Praktik pembelajaran ini diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif mengatasi permasalahan yang muncul pada pembelajaran matematika khususnya agar peserta didik lebih tertarik dengan soal cerita. Hal tersebut menjadikan praktik baik ini perlu dibagikan. Dibagikannya praktik baik ini juga mendorong adanya masukan, evaluasi, maupun hal -hal yang membangun sehingga dapat dmatematikakai untuk perbaikan proses pembelajaran berikutnya.

Peran guru dimulai dengan mengidentifikasi akar penyebab masalah, menganalisis untuk menentukan alternatif solusi, serta memilih solusi yang tepat sesuai dengan hipotesis. Seluruh proses didukung dengan kajian literatur, wawancara dengan rekan sejawat maupun ahli sebelum akhirnya dituangkan dalam perencanaan dan diimplementasikan. Guru juga menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan pendukung (LKPD, media pembelajaran, bahan ajar, instrumen penilaian, dan rencana evaluasi). Guru mempraktikan rencana pembelajaran dalam pembelajaran inovatif dengan guru sebagai pembimbing, fasilitator, dan bertanggung jawab pada seluruh proses pembelajaran. Implementasi rencana dalam praktik pembelajaran diakhiri dengan dengan evaluasi dan refleksi pada keseluruhan proses pembelajaran. Guru bertanggung jawab secara penuh melaksanakan semua proses dari perencanaan hingga evaluasi sehingga keseluruhan penyelesaian masalah dilaksanakan secara efektif.

C.     Tantangan

Tantangan yang dihadapi penulis dalam pencapaian tujuan yaitu:

  1. Memberikan dan membangun motivasi peserta didik agar lebih aktif peserta didik dalam proses
  2. Menggunakan model pembelajaran inovatif yang disusun sesuai perencanaan pembelajaran abad 21 yang merupakan student centered learning yang dibuat menyenangkan, meningkatkan fokus peserta didik, dan membantu tercapainya tujuan; dilaksanakan secara luring; serta terintegrasi TPACK, literasi, HOTs, dan 4C;

Praktik pembelajaran inovatif ini melibatkan banyak pihak, yaitu:

  1. guru sebagai penginisiasi dan fasilitator
  2. peserta didik sebagai subjek yang mengalami langsung pembelajaran inovatif ini.
  3. rekan sejawat senior sebagai rekan diskusi yang memberi masukan terkait pelaksanaan praktik pembelajaran inovatif.
  4. kepala sekolah yang memberikan kesempatan dan fasilitas sehingga pelaksanaan pembelajaran inovatif dapat terlaksana.
  5. pakar sebagai sumber dan pemberi masukan dalam penyelesaian

Tantangan yang muncul sebelum dan selama proses pembelajaran perlu dihadapi dengan strategi – strategi agar penyelesaian masalah berjalan optimal.

  1. Tantangan dalam pembiasaan berliterasi dalam pembelajaran dimana peserta didik harus menjadi pembelajar aktif diatasi dengan:
    1. penerapan model pembelajaran inovatif PBL dengan permasalahan kontekstual yang mengaitkan dengan permasalahan di kehidupan sehari-hari.;
    2. melatih peserta didik untuk dapat menyelesaikan permasalahan kontekstual;
    3. penggunaan media pembelajaran yang interaktif untuk menciptakan suasana belajar yang baru, tidak membosankan, serta peserta didik dapat mempunyai keterampilan yang diharapkan abad 21, abad dimana dunia berkembang dengan cepat dan
  2. Tantangan dalam model pembelajaran inovatif yang disusun sesuai perencanaan pembelajaran abad 21 yang merupakan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik yang dikemas menyenangkan, meningkatkan fokus peserta didik, dan membantu tercapainya tujuan; dilaksanakan secara luring; serta terintegrasi TPACK, literasi, HOTs, dan 4C diatasi dengan :
    1. mendiskusikan solusi dengan rekan sejawat, rekan pelaksana pembelajaran inovatif, dan ahli;
    2. memperbanyak literasi pembelajaran inovatif dari berbagai sumber dan referensi;
    3. menerapkan pembelajaran problem based learning;
    4. pembelajaran dilakukan dengan membentuk kelompok heterogen;
    5. menggunakan motivasi dalam belajar, dan mengaktifkan peserta didik.
    6. menerapkan TPACK dalam sintaks pembelajaran dengan menggunakan PPT sebagai media belajar.
    7. memunculkan 4C dalam proses belajar, collaboration, communication dalam kerja kelompok dan diskusi, critical thinking dan creativity dalam penentuan solusi
    8. memasukkan unsur literasi dalam pembelajaran dalam hal ini literasi matematis;
    9. menerapkan HOTs dalam proses pembelajaran, baik dalam kegiatan inti yang berbantuan LKPD maupun dalam evaluasi;

Gambaran Proses Kegiatan:

  1. Seluruh strategi untuk mengatasi tantangan terangkum dalam rencana aksi yang dilaksanakan dalam 80 menit.
  2. Pertemuan pertama praktik pembelajaran inovatif pertama dimulai tanggal 15 Oktober 2022
  3. Kegiatan perencanaan praktik pembelajaran pertama merupakan kegiatan menyusun perangkat pembelajaran secara lengkap yang terdiri dari Modul Ajar, Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), media Power point interaktif, bahan ajar, dan instrumen penilaian.
  4. Kegiatan persiapan merupakan kegiatan mempersiapkan ruangan dan peralatan yang akan Dalam mempersiapkan ruangan dan peralatan untuk pembelajaran, dapat berkoordinasi dengan pembantu kepala sekolah bagian sarana prasarana dan bagain operasional sekolah. Selain itu peralatan yang akan digunakan harus dicoba terlebih dahulu supaya saat pembelajaran inovatif dilaksanakan tidak terdapat kendala, sehingga diperlukan untuk menyetting terlebih dahulu. Selain ruangan dan peralatan setiap instrumen penilaian juga harus dipersiapkan baik sehingga saat pembelajaran inovatif dilaksanakan setiap instrumen penilaian dapat langsung dibagikan untuk dikerjakan oleh peserta didik.
  5. Praktik pembelajaran dilaksanakan pada Jumat, 15 Oktober 2022 dengan model pembelajaran problem based learning (PBL) dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut :

Kegiatan Pendahuluan :

  1. Guru mengucapkan salam dan mengajak peserta didik untuk berdoa sebelum memulai pembelajaran. (PPK- religius)
  2. Guru mengecek kehadiran peserta didik dan meminta peserta didik untuk mempersiapkan perlengkapan dan peralatan yang diperlukan untuk pembelajaran. (PPK- tanggung jawab)
  3. Guru memberikan apersepsi tentang materi prasyarat yaitu menyederhanakan pecahan dan mengubah satuan panjang (konversi panjang).
  4. Peserta didik menerima informasi tentang tujuan dan tahapan pembelajaran yang akan dilaksanakan melalui tayangan (TPACK – Teknologi)

Kegiatan Inti

Sintak 1 (Orientasi Masalah)

  1. Guru menyampaikan permasalahan-permasalahan yang akan diselesaikan pada pembelajaran melalui power point (TPACK – Teknologi)
  2. Guru mengecek pemahaman peserta didik tentang langkah-langkah penyelesaian masalah tersebut dengan tanya jawab klasikal. (4C-Critical Thinking)

Sintak 2 (Mengorganisasi Peserta Didik)

  1. Peserta didik duduk sesuai dengan kelompok masing-masing yang terdiri dari 5-6 orang yang sudah ditentukan oleh guru berdasarkan kemampuan peserta didik.
  2. Peserta didik memperhatikan dan mengamati penjelasan yang diberikan guru yang terkait dengan permasalahan.
  3. Peserta didik membaca petunjuk dan mengamati LKPD yang sudah dibagikan oleh guru.
  4. Guru memotivasi peserta didik dalam kelompok untuk menanyakan hal-hal pada permasalahan yang belum dipahami dari masalah yang disajikan dalam LKPD.

Sintak 3 (Membimbing Penyelidikan Individu & Kelompok)

  1. Peserta didik bersama dengan kelompoknya dan dengan bimbingan guru mencari data yang sesuai pada LK(PPK-Kerja sama)
  2. Peserta didik melakukan diskusi dalam kelompok masing-masing berdasarkan petunjuk yang ada dalam LK (PPK-Kerja sama)
  3. Guru berkeliling mencermati peserta didik yang sedang bekerja dalam kelompok dan jika peserta didik menemukan hal-hal yang belum dipahami, guru memberikan kesempatan peserta didik untuk mempertanyakan hal-hal yang belum dipahami.
  4. Guru memberikan bantuan kepada peserta didik dalam kelompok untuk masalah-masalah yang dianggap sulit oleh peserta didik dan memberikan arahan kepada peserta didik dalam kelompok untuk menyelesaikan permasalahan dengan cermat dan teliti.

Sintak 4 (Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya)

  1. Peserta didik dalam kelompok menyusun laporan hasil diskusi penyelesaian masalah yang mereka kerjakan.
  2. Peserta didik masuk dalam kelompok mempersiapkan diri untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. (4C – Collaboration, Creativity)
  3. Guru menfasilitasi dan memandu pengundian urutan presentasi secara online dengan menggunakan wheeldecide.
  4. Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas.
  5. Setiap peserta didik memberikan tanggapan terhadap presentasi kelompok lain. (4C – Communication, Critical thinking)
  6. Guru mengajak peserta didik untuk memberikan apresiasi kepada peserta didik yang melakukan presentasi dan peserta didik yang aktif

Sintak 5 (Menganalisis dan Mengevaluasi)

  1. Peserta didik yang lain dan guru memberikan tanggapan dan menganalisis hasil presentasi meliputi tanya jawab untuk mengkonfirmasi, memberikan tambahan informasi, melengkapi informasi. (4C – Critical thinking).
  2. Peserta didik mengerjakan LKPD pemahaman konsep individu

Penutup

  1. Secara klasikal dan melalui tanya jawab peserta didik dibimbing untuk merangkum isi pembelajaran.
  2. Peserta didik mencermati Informasi garis besar isi kegiatan pada pertemuan berikutnya yang disampaikan oleh guru.
  3. Guru menutup pembelajaran dengan salam.

D.     Refleksi Hasil dan Dampak

Penerapan pembelajaran inovatif memberikan hasil yang baik pada pencapaian hasil pembelajaran. Hasil penerapan pembelajaran inovatif sebagai berikut:

  1. Penggunaan masalah kontekstual dalam pembelajaran lebih menarik bagi peserta didik karena merupakan permasalahan di sekitar dan lebih mudah dipahami sehingga peserta didik memiliki keinginan untuk menyelesaikan permasalahan.
  2. Penggunaan media pembelajaran yang interaktif dan menarik membuat peserta didik lebih fokus terhadap pembelajaran dan tidak cepat bosan.
  3. Kegiatan presentasi di depan kelas melatih peserta didik untuk berkreasi membuat materi presentasi yang menarik, sehingga kelompok yang lain lebih mudah untuk memahami.
  4. Pembelajaran dengan kelompok kecil mendorong peserta didik untuk aktif dan berfikir kritis serta melatih peserta didik untuk bekerja sama dalam penyelesaian masalah.

Pembelajaran kebutuhan nutrisi makanan dengan model problem based learning(PBL)

efektif dapat dilihat dari :

  1. Kualitas proses pembelajaran meningkat dengan peserta didik menjadi aktif dan proses belajar yang dilalui peserta didik untuk berfikir kritis.

Hal ini terlihat dari perubahan perilaku peserta didik setelah diterapkannya model pembelajaran PBL. Peserta didik lebih antusias dan tidak ragu menyampaikan pendapatnya dalam diskusi. Peserta didik juga bertanggung jawab mengerjakan semua tugas dengan baik serta berperan aktif dalam proses belajar. Berdasarkan refleksi pada saat pembelajaran, peserta didik memahami konsep dan materi kebutuhan asupan nutrisi makanan. Peserta didik juga merasa senang dan tertantang mengikuti proses pembelajaran. Penilaian sikap dan ketrampilan pada pembelajaran juga menunjukkan hasil yang baik sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

  1. Kualitas hasil pembelajaran meningkat dilihat dari hasil penilaian awal dan akhir. Kualitas hasil pembelajaran baik itu penilaian pengetahuan dan keterampilan yang dicapai peserta didik mencapai peningkatan setelah diterapkannya model

Keseluruhan proses belajar membawa pembelajaran bagi penulis selaku guru matematika.

  1. Persiapan dan perencanaan pembelajaran merupakan hal yang wajib dipersiapkan oleh guru sebelum melaksanakan pembelajaran;
  2. Guru harus mau belajar dan terus berkembang, kondisi peserta didik yang berubah, penyesuaian dengan perkembangan jaman dan isu pendidikan, hal – hal baru yang berdampak bagi peningkatan kompetensi memerlukan keterbukaan dan adaptasi guru;
  3. Melibatkan peserta didik sebagai subjek belajar dalam persiapan pembelajaran membawa dampak positif dalam pembelajaran.

Rencana tindak lanjut dari best practice ini adalah:

  1. Menerapkan pembelajaran inovatif dalam proses pembelajaran
  2. Berbagi dengan rekan MGMP serumpun mengenai penerapan PBL dalam pembelajaran matematika.

 

Daftar Pustaka

Astuti, P. (2018). Kemampuan Literasi Matematika dan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi. PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika1, 263-268. Retrieved from https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/article/view/19599

Tabun, Heka M., Prida NL Taneo, and Farida Daniel. “Kemampuan literasi matematis siswa pada pembelajaran model problem based learning (PBL).” Edumatica: Jurnal Pendidikan Matematika 10.01 (2020): 1-8.

By admin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *